Kamis, 07 Mei 2009

tugas kurikulum nie

TUTORIAL PAPER

(Batu Loncatan Krurikulum. 2002. Van Brummelen. H)

Dalam bukunya yang berjudul “Batu Loncatan Kurikulum” ini, Harro Van Brummelen mengungkapkan hal-hal mengenai kurikulum dengan menggunakan pola pemikiran Kristiani. Hal-hal mengenai kurikulum ini dimuat dalam beberapa bab seperti; konsep mengenai pandangan hidup Kristiani sebagai dasar kurikulum, pengetahuan dan kurikulum, perencanaan satuan pembelajaran kelas dan lain-lain. Buku ini mengungkap kulit luar, isi dan tahapan-tahapan dalam proses perencanaan dan penggunaan kurikulum yang berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Kristiani.

Presage

Van Brummelen dalam bukunya berjudul “Batu loncatan kurikulum “ ini juga memberikan pola-pola atau bentuk-bentuk pengajaran guru kepada siswa secara tradisional. Dengan cara-cara yang tradisional inilah, biasanya guru-guru hanya memberikan muatan materi yang banyak dan menekankan siswa untuk mempelajarinya dengan membaca, menulis ulang dan menghitung. Sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum tradisional, biasanya akan membentuk kepribadian siswa yang penurut, setia tetapi hanya memiliki kemampuan yang terbatas. Hal ini dikarenakan siswa kurang berani di dalam mempelajari materi diluar apa yang telah disampaikan guru.

Penerapan guru-guru di dalam pembelajaran dalam pendidikan dan kurikulum dengan menggunakan proses atau cara seperti yang diungkapkan oleh Van Brummelen. Suatu materi yang disampaikan guru harus mempunyai tahapan-tahapan yang tepat agar siswa yang menerima materi tersebut dapat memahami dengan baik. Tanpa proses atau cara, suatu pengetahuan atau permasalahan tidak akan dapat terselesaikan dengan baik dan maksimal. Dengan demikian guru-guru selalu memberikan dorongan kepada siswanya untuk selalu menggunakan proses di dalam mengerjakan sesuatu.

Kurikulum yang direncanakan dan diterapkan oleh van Brummelen menggunakan pola pengembangan pengalaman. Dalam pendidikan ini siswa dibimbing untuk belajar melalui pengalamannya sendiri. Dengan mengalami sendiri, siswa berarti sudah dapat mengetahui sesuatu dari apa yang telah dialaminya tersebut. Dengan pendidikan lewat pengalaman inilah siswa akan lebih memahami apa yang telah dipelajarinya dengan mendalam. Sebagai contoh; guru mengatakan kepada salah satu siswa “ jangan pegang api itu karena panas dan akan membakar kulit tanganmu!”. Siswa akan bingung dan tidak akan mengetahui bahwa api itu panas atau dingin jika ia tidak memegangnya sendiri. Dengan memegang sendiri atau mengalaminya, ia baru tahu dan mengerti bahwa api itu panas dan dapat membakar kulit tangannya.

Belajar melalui pengalaman ini juga mempunyai kelemahan yang juga sangat besar dampaknya. Setiap siswa pasti mempunyai tingkat pengalaman yang berbeda-beda antara siswa satu dengan yang lainnya. Suatu pengalaman terkadang datang dengan sendirinya, tetapi prosentasinya sedikit. jadi pengalaman harus dicari dan dibutuhkan keberanian dari dalam diri seseorang tersebut. Oleh karena itu jika guru tidak membangun kepercayaan dalam diri setiap siswa untuk berani dan mau mengalami sesuatu, jangan harap siswa tersebut mempunyai banyak pengalaman.

Pendidikan dan kurikulum Kristen sangat berbeda dengan pendidikan dan kurikulum pada umumnya. Perbedaan ini secara nyata terlihat dari pandangan terhadap siswa yang dididik. Pada pendidikan dan kurikulum umum, guru menganggap seorang murid seperti kertas kosong yang dapat mereka tuliskan apa saja di dalamnya sesuka hati mereka. Seorang murid dianggap sebagai alat untuk mewujudkan impian atau keinginan dari guru. Pendidikan dan kurikulum Kristen menganggap bahwa murid bukan hanya sekedar kertas kosong tetapi juga merupakan image of God. Dengan demikian pendidikan Kristen mengacu kepada pembinaan dan pengembangan baik jiwa, tubuh dan roh. Para guru mencoba untuk memberikan teladan dan memberikan pandangan kebenaran Allah serta mengembangkan bakat dan talenta siswa untuk kemuliaan Allah.

Assesment and evaluation

Proses penilaian sangat diperlukan di dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum dalam proses belajar-mengajar. Jika dalam suatu kurikulum dan pendidikan tidak mempunyai sistem penilaian maka kurikulum atau pendidikan tersebut tidak dapat dilihat perkembangan dan kemajuannya. Penilaian juga sangat berdampak bagi siswa dan mempengaruhi pikiran, mental bahkan tindakan mereka selanjutnya di sekolah maupun dalam kehidupannya sehari-hari. Mengingat pentingnya penilaian, maka pihak-pihak yang terlibat (sekolah, guru dan siswa) harus sungguh-sungguh menjalankannya dengan benar.

Dalam kurikulum dan dalam proses pengajaran yang baik dan bermutu tinggi harus ada proses penilaian yang baik dan bermutu. Proses penilaian yang baik dan bermutu tinggi harus mempunyai aspek-aspek yang jelas. Aspek-aspek di dalam penilaian diantaranya adalah keadilan, kejujuran, valid dan lain-lain. Guru harus memberikan nilai yang adil bagi seluruh siswanya tanpa terkecuali sesuai dengan tingkat kemampuan setiap siswa. guru harus memberikan penilaian secara obyektif bukan subyektif baik penilaian akademik maupun non-akademik. Aspek kejujuran juga diperlukan guru dalam memberikan nilai bagi siswa. Seorang guru harus jujur dan transparan dengan nilai-nilai yang diberikan kepada siswanya.

Di dalam menilai pembelajaran siswa, guru harus mempunyai teknik-teknik yang nyata yang dapat diterima dari berbagai pihak (sekolah, siswa dan orang tua). Guru harus mengumpulkan informasi dan data-data yang akurat tentang pembelajaran siswa baik akademik maupun non-akademik. Penilaian yang dapat diterima oleh berbagai pihak adalah penilaian yang valid. Penilaian ini harus sesuai dengan kenyataannya atau sesuai dengan hasil kemampuan siswa dan tidak terdapat kompromi didalamnya.

Guru sedapat mungkin menggunakan strategi atau metode penilaian yang berbeda-beda atau beragam sesuai dengan kondisi dan situasinya. Hal ini mencegah siswa tidak menjadi bosan akan bagaimana cara guru menilai dan menjadikan siswa memahami akan apa yang dinilai dari kemampuannya tersebut. Strategi atau metode-metode penilaian diantaranya; rubrik, essay, tes, portofolio, tugas proyek pribadi, tugas proyek kelompok, pilihan ganda, mencongak dan lain-lain.. Jika guru ingin mengetahui kualitas siswanya dalam berbagai kemampuan, maka guru harus menggunakan rubrik. Metode penilaian kelompok digunakan guru untuk mengetahui siswa bagaimana siswa bekerja dalam kelompok untuk bekerja sama dalam menyelesaikan proyeknya. Setiap metode penilaian pasti mempunyai tujuan, kekuatan dan kelemahan masing-masing. Oleh karena itu guru harus memahami dan mengetahui kapan harus menggunakan metode penilaian yang sesuai dengan kondisi dan keadaan siswa.

Dengan sistem penilaian juga, guru akan dapat mengetahui siswa memahami bahan pengajaran yang telah disampaikannya atau tidak. Jika siswa dapat mencapai nilai standart yang lebih dari cukup maka dapat dikatakan siswa sudah memahami bahan pengajaran yang disampaikan guru tersebut, begitu pula sebaliknya. Sistem penilaian juga menentukan metode pengajaran guru kepada siswanya berhasil atau tidak. Jika siswa dapat memberikan nilai yang baik maka metode pengajaran yang disampaikan guru dapat diterima oleh siswa, begitupula sebaliknya. Dengan sistem penilaian, guru dapat mengevaluasi proses pembelajaran baik dari pihak guru sendiri maupun dari pihak siswa. jika setiap pihak dapat mengevaluasi akan kekurangan dan mau untuk memperbaikinya, dapat dipastikan proses pendidikan akan mengalami kemajuan dan peningkatan yang pesat.

Reporting

Dalam proses pendidikan dan kurikulum yang baik dan bermutu harus menyertakan pihak-pihak dalam proses pendidikan ikut terlibat aktif. Pihak-pihak tersebut tidak hanya pihak sekolah dan siswa tetapi juga melibatkan pihak orang tua sebagai pendidik di keluarga. Pihak orang tua harus terlibat aktif di dalam mengontrol setiap tugas-tugas sekolah yang diberikan untuk dikerjakan di rumah. Orang tua juga mengontrol akan motivasi belajar anak (siswa) di rumah setiap harinya. Jika orang tua aktif terlibat, maka siswa akan dapat terperhatikan dan terbimbing dengan baik di sekolah ataupun di rumah. Apabila orang tua dirumah tidak memperhatikan dan membimbing anaknya (siswa), maka siswa akan kurang termotivasi bahkan siswa cenderung untuk melalaikan pekerjaan rumah. Oleh karena itu peranan orang tua di dalam keaktifan mendampingi, membimbing dan memotivasi belajar anak sangat diperlukan.

Orang tua siswa yang medampingi, membimbing dan memotivasi anaknya tentunya tidak berdiam diri dirumah. Mereka cenderung untuk mengunjungi sekolah untuk memberikan masukan, kritikan, bahkan untuk mencari keterangan akan perkembangan anaknya di sekolah. Orang tua juga biasanya melaporkan setiap permasalahan akan perkembangan belajar dirumah dan strategi yang digunakannya untuk bahan perbandingan dengan pola belajar di sekolah. Orang tua yang seperti ini sangat memperhatikan perkembangan anaknya baik dirumah maupun di sekolah. Mereka akan memberikan apa saja (materi, waktu, dan lain-lain) kepada anaknya tersebut dengan harapan anaknya dapat memenuhi harapan mereka.

Sekolah juga tidak tinggal diam saja dalam hal semacam ini bahkan sekolah lebih sibuk lagi di dalam memberikan laporan tentang siswa yang bersangkutan kepada orang tua. Sekolah biasanya sejak awal sudah memberikan masukan kepada orang tua mengenai visi dan misi sekolah serta peraturan-peraturan yang diterapkan di sekolah tersebut. Dalam proses pembelajaran setiap harinya sekolah terutama guru harus menyediakan berkas-berkas atau catatan-catatan pribadi kepada setiap siswanya. Catatan-catatan pribadi tersebut biasanya berisikan hal-hal akademik maupun non-akademik yang diperhatikan guru atau sekolah setiap harinya kepada siswa mereka.

Catatan-catatan mengenai akademik biasanya berupa laporan nilai ujian, raport, metode pengajaran guru, cara belajar siswa di sekolah, dan lain-lain yang menyangkut masalah akademik siswa. laporan semacam ini disampaikan kepada orang tua untuk mengetahui akan keadaan akademik anaknya. Orang tua juga diberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan guru dengan jalan mengundang secara langsung ke sekolah untuk mendiskusikannya. Sekolah atau guru juga mengetahui tidak semua orang tua dapat dengan mudah menerima undangan untuk dapat datang ke sekolah, oleh karena itu guru memberikan kesempatan kepada orang tua untuk berkomentar pada setiap hasil ujian anaknya yang sudah dibagikan.

Mengenai hal non-akademik, guru biasanya membuat catatan khusus bagi setiap siswa berupa sikap, tindakan, berpakaian, tutur kata siswa dan lain-lain yang menyangkut hal non-akademik. Biasanya guru menegur secara langsung kepada siswa yang bersangkutan yang melanggar hal-hal non-akademik tersebut. Jika siswa sudah mendapat peringatan beberapa kali dan tidak mendapat tanggapan yang positif dari siswa, maka guru memberikan surat kepada orang tua akan permasalahan anaknya tersebut di sekolah. Jika pemberian surat kapada orang tua dan siswa di sekolah masih melakukan pelanggaran lagi, maka sekolah akan memanggil orang tua ke sekolah untuk berdiskusi dan mengambil jalan yang terbaik bagi anak didik mereka.

Catatan-catatan guru di dalam laporan setiap semester atau bahkan setiap harinya harus sesuai dengan kenyataan yang ada. Guru harus mempunyai data-data yang valid untuk dapat dipertanggung jawabkan terhadap sekolah maupun kepada orang tua. Jika guru menulis catatan-catatan pribadi siswa dengan sembarangan dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, maka guru tersebut akan membuat laporan diri siswa tersebut salah dan tidak benar. Hal ini akan membuat kekacauan di dalam lingkup kelas, orang tua, sekolah maupun kurikulum.

Referensi

Van Brummelen. H. (2002). Batu Loncatan Kurikulum; Berdasarkan Alkitab. Tangerang: Universitas Pelita Harapan Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar